Why did I said 'I do'?
Kenapa saya 'mau' menikah?
Awalnya sih simpel, saya pengin punya anak.
Tapi, keinginan simpel itu mulai berubah ketika timbul pertanyaan: gimana kalau menikah sama orang yang nggak mampu kasih anak?
Oke, that is hurt. But possible.
Lalu saya pikir lagi. Sampai suatu hari di meja makan pada waktu makan malam, terjadi pembicaraan ini:
Papa : Tita udah pengin nikah?
Saya : Ng, belum. Kan belum ada calonnya.
Papa : Kalau Tita sudah pengin, Papa cariin.
Saya : Aahaha. Aku bisa cari sendiri Pap, terima kasih yaaa.
Itu kode. Sangat kode. Papa saya pengin saya menikah. Bukan soal cucu atau mantu, karena he already got one, ng, one mantu I mean. Tapi soal, cita-citanya. Cita-cita dia adalah memelihara saya sampai saya menikah. Standar? Well, tunggu sampai kalian punya anak perempuan.
Akhirnya sampai saya pada ujung pemikiran.
Setelah saya ingat-ingat, hampir semua hal saya lakukan untuk menyenangkan orang tua saya. Sekolah. Nilai bagus. Bekerja. Pekerjaan bagus. Malam mingguan. Nggak malam mingguan. Anter kondangan. Belajar setir. Nggak makai shabu-shabu. Berusaha nggak hamil diluar nikah. Dan seratus juta hal lain. I owe them everything I got. Money. Affections. Attentions. Loves.
Mau ditarok mana muka saya kalau saya nggak bisa berbalas budi?
Saya ingin menikah karena ingin menyenangkan orang tua saya.
Cuma itu? Ya nggak, dong. Well, itu adalah salah satu alasan that leads me to another good reasons. Really. Sekali kamu memutuskan melakukan satu hal berdasarkan hal yang sangat baik, then another good things will follow you. Anyhow.
What makes you want to say 'I do'?
Love,
_tita
kalau sudah mampu secara financial, dan mental bukannya menikah itu diwajibkan ya?
BalasHapusmenyenangkan orang tua itu juga salah satu alasan mulia sih menurut saya. :)
event blogger: review tempat makan favorit, berhadiah Galaxy pocket dan voucher2 lho!
Ahaiii
BalasHapus