Rabu, 21 Oktober 2015

Letakkanlah Mantan (Pacar) Pada Tempatnya

Heran ya kenapa saya sok produktif banget belakangan?

Oke, sedikit intermezzo. Jadi, beberapa waktu lalu saya beberes barang-barang jaman muda (baca:SMA) dan menemukan beberapa draft cerpen dan novel yang sudah saya print rapi, entah buat tujuan apa. Saya baca satu-satu dengan hampir berlinang air mata (ini serius) dan saya menemukan bahwa ternyata cita-cita pengen punya novel sudah ada sedemikian lama di dalam hati. Saya juga jadi ngeh kalau sejak 2008 sudah punya postingan di blog. Aaah, baiklah, saya anggap ini pertanda dari Yang Maha Kuasa bahwa saya harus terus latihan nulis dan semangat punya novel sendiri. 

Baiklah, cukup intermezzonya, kalau kepanjangan jadi enggak matching sama judul yah, ses.

Jadi gini, sebagai perempuan yang pernah khilaf, yap, saya punya mantan pacar. Cuma dikit kok, soalnya saya dari dulu orangnya setia (apa pasrah?). Ditambah nggak kece-kece amat, jadi yang naksir juga bisa dihitung pake jemari tangan kanan. Sedih? Tentu tidak (elap air mata). Nah, karena punya mantan pacar, jadi wajar dong kalau ada bagian di dalam otak saya (entah bagian mana, hey! Saya kan anak sosial, enggak ketemu Biologi dari tahun 2004), yang menyimpan memori tentang si mantan pacar ini sehingga suami saya bukan satu-satunya laki-laki non-muhrim yang saya ingat. 

Waktu muda dulu (tahu kan definisi "muda" versi saya?), saya berpendapat kalau ingat soal mantan pacar di saat kita sudah punya penggantinya adalah haram hukumnya. Haram, nggak etis, nggak berperasaan, kurang ajar, pengkhianat, mata keranjang dan sederet sifat hina lainnya. Nggak bisa dimaafkan. Jadi, kalau sudah punya pengganti, seluruh memori, barang, kenangan dan apapun itu yang sudah dicap sama mantan pacar haruslah hilang, blas, ditelan bumi atau dibakar juga boleh. Ada lho teman saya yang literally ngebakar semua hadiah dari mantan pacarnya setiap (iya, bukan cuma sekali) punya pacar baru.

Makin tua, ehm, dewasa, pikiran saya tentang mantan pacar makin berubah, sih. Dan ini dipengaruhi beberapa faktor. Yang utama adalah karena akhirnya saya merasakan punya mantan pacar (sungguh pengalaman adalah guru terbaik). Faktor-faktor lain sepertinya sih ya karena sudah melewati masa alay saja. Jadi hal-hal printilan begitu makin enggak penting, terutama setelah tahu yang namanya bayar cicilan KPR (hiks!).

Saya yang sekarang mulai ngerti secara ilmiah kalau yang namanya ingatan/memori seseorang nggak mungkin hilang kecuali mengenai hal sepele dan/atau karena amnesia/penyakit ingatan lainnya. Mantan pacar, tentunya bukan termasuk hal sepele apalagi penyakit ingatan. Pada masanya, si mantan ini adalah poros dunia. Mau makan inget dia, mau tidur inget dia, gak ketemu sehari langsung kangen, berjarak cuma 40 km berasa long distance. Ya segitunya lah. Wajar dong kalau banyak hal tentang si mantan jadi ada terus di kepala. Misalnya dulu kalau pacaran sama mantan sukanya ke Blok M Plaza, sepuluh tahun kemudian bisa jadi masih keinget mantan kalau lewat Blok M Plaza (ih anak 99 banget sih mainannya Blok M Plaza). Dan soal barang pemberian, mubazir lah kalau dibuang/dibakar. Apalagi kalo handphone atau LM. Jual aja. Mayan. Hahahaha.

Jadiii, larangan buat inget mantan itu nonsense banget. Kecuali digetok kepalanya sampe amnesia itupun gambling. Bisi amnesia henteu, modyar iya.

Nah, karena hal yang udah scientifically proven itu susah buat dibantah dan disangkal, makanya dalam hal ini yang namanya perasaan mesti kompromi dong. Maklum lah kalau pasangannya masih inget mantan, kan ilmiah. Yang aneh kan kalau inget, kebawa mimpi, kebawa ngigo, besoknya telpon-telponan, janjian ketemuan, terus kawinnya malah sama dia bukan sama kita. Seperti suami saya selalu bilang: punya perasaan sama orang lain sih manusiawi, yang aneh kan kalau di follow up padahal udah ada komitmen dengan satu orang. 

Ever since, saya sih biasa aja sama perkara mantan pacar ini toh memang mereka ada tempatnya sendiri di memori dan hati pemiliknya. Selama, diletakkan pada tempatnya dan nggak ganggu kepentingan umum. Nggak setuju? Bagi yang punya mantan pacar, cobaaaa dirasa-rasaaa, deh. Hahahaha. Kalau aku salah nanti aku traktir makan :)

Love,
Tita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar