What you plan for the future is simply your revenge for the past.
Nggak setuju? Let me break this down. Contoh yaaa. Oh iya, anggap semua tokoh adalah perempuan. Karena saya sulit mendalami perspektif laki-laki :)
Kondisi Pertama.
Lahir dari keluarga sangat sederhana, A berusaha untuk belajar dengan sangat rajin supaya bisa memperoleh penghidupan yang lebih baik. Di dalam kepalanya terpikir, karena dia selalu jalan kaki ke sekolah, someday, anak-anaknya harus bisa diantar supir dengan mobil ke sekolah. Maka dia harus dapat kerjaan dengan bayaran tinggi, apapun itu.
Kondisi Kedua.
Memiliki orangtua yang sibuk bekerja, B merasa kurang memperoleh perhatian. Kakaknya pun berakhir dengan tidak menyenangkan karena kurang perhatian kedua orangtua. Dalam hatinya B berjanji, ia akan menjadi orangtua yang punya waktu luang banyak untuk anak-anaknya. Dia akan bekerja di rumah dan menolak jadi wanita karir.
Kondisi Ketiga.
Putus dari pacarnya yang lama, C sedih berat. Beberapa minggu kemudian, saat lagi stalking si mantan, C mengetahui mantannya punya gebetan baru. Cantik, lebih langsing dan punya karir lebih baik. Saat itu C berjanji, suatu hari dia akan membiarkan mantannya ternganga mupeng melihatnya berubah jadi sosok yang jauh lebih baik, lebih langsing, dengan karir mentereng.
Kondisi di atas adalah mirip. Bahkan persis. Mereka bertiga merencanakan masa depan berdasarkan hal yang menurut mereka merupakan 'kegagalan' masa lalu.
Sadar atau nggak, kebanyakan dari kita, stick to the plan yang didasarkan dari rasa dendam terhadap kegagalan itu dan mostly berpikir kalau itu adalah way of life kita, tanpa mau think back, is this what I really want? Yang ada, kita terjebak selamanya di dalam rasa dendam.
Mari tinjau. Untuk A, apa benar passionnya adalah bekerja dengan bayaran tinggi? Bagaimana kalau A sebenarnya ingin jadi penulis, yang belum tentu pasti pendapatannya? Lalu B. Apakah betul ia hanya ingin bekerja di rumah? Bagaimana kalau B sangat ingin jadi fashion stylist yang berpindah kemana-mana sesuai lokasi pemotretan atau pagelaran busana? Yang terakhir, C. Apa betul menjadi langsing dengan karir mentereng adalah hal yang dicarinya? Bagaimana kalau sebenarnya dia ingin bersama laki-laki yang menerima pipi chubby nya tanpa protes? Apa enaknya hidup dengan cara seperti ini? Menjalani hal yang not-so-you. I guess no one would.
Hasil pemikiran saya, saya perlu keluar dari hal seperti ini. Sesuatu yang terjadi di masa lalu, semenyakitkan apapun, sebenarnya tidak pantas untuk jadi alasan yang mampu merusak masa depan. Karena masa lalu sudah melenggang dengan santainya dari kehidupan kita. Lalu, kenapa kita nggak sanggup pergi meninggalkannya dengan santai juga? Sebagai hewan berotak, we could do more than this.
Then, what is your (sweet) revenge? Can you let it go and live your real dream? Dream that not build by any revenge.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar