Malam ini langit tidak bisa dibilang hitam. Tidak bisa dibilang biru gelap. Abu-abu gelap? Ah. Mari mendeskripsikannya sebagai warna-tak-terkatakan. Lebih adil untuk langit. Lebih manusiawi untuk kita. Berhenti sok tahu.
Dalam malam dengan warna-tak-terkatakan itu, dua rindu merah jambu menggantung manis pada seonggok hati yang belum terdetoksifikasi. Masih penuh racun-racunmu. Mungkin harus kurendam kaki dalam air garam dimana ion positif dan ion negatif dapat bertemu. Supaya hatiku bersih. Dari kamu.
Pasti bukan kali ini kubacakan gerombolan kata-kata yang menurut orang awam hanya serombongan kegombalan. Aku tidak pernah bilang akan mencintaimu sampai mati, toh? Seperti Bang Iwan Fals bilang: hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini. Entah esok hari. Entah lusa nanti. Begitupun aku adanya. Dua rindu merah jambu menggantungiku malam ini. Tak janji hal serupa akan ada esok hari atau bulan depan.
Yang aku pedulikan adalah malam ini.
Tiba-tiba bayangan tubuhmu datang tanpa mengetuk pintu. Ujug-ujug, kalau kata pembantuku. Tiba-tiba muncul. Tapi aku tidak kaget. Seperti aku sudah tahu bayangan kamu akan datang, kapan saja kamu mau. Persis seperti pemilik bayangannya. Itu sudah menjadi ritualmu. Ciri khasmu. Aku hapal betul. Seperti Aman Sembiring hapal betul setiap kata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Telapak tangan. Yang bahkan lebih halus dari telapak tanganku. Aku selalu penasaran, apakah kelingkingmu sebesar jari manisku? Jika iya, kita berjodoh. Benar-benar akan rutin kukunjungi pengajian di Paramadina. Coba kamu balikkan telapak tangan. Beberapa bekas luka. Dan pergelangan tangan tak bertuan. Tali jam tangannya putus, katamu. Tapi aku suka. Makin tak bertuan. Makin pergelangan dan telapak itu bisa kukenai hak kepemilikan tertinggi. Tidak rebutan dengan jam tangan apapun.
Rindu merah jambuku yang pertama.
Kulit. Yang bahkan lebih putih dari kulitku. Iya! Memalukan memang. Walaupun berulang kali kamu bilang ingin lebih hitam supaya tampak lebih Indonesia, mataku tetap menari-nari dalam rak-rak produk kecantikan di supermarket, mencari pelembap yang memutihkan. Ah. Favoritku adalah kulit muka di sekitar mata yang selalu berkerut hebat ketika tertawa. Juga kulit di pipi yang ditumbuhi beberapa helai bulu-bulu aneh yang berjarak berjauhan, memancing tangan mengambil pinset dan mencabutinya. Gemas! Tahukah? Aku pakai krim malam ini supaya suatu saat nanti tidak terlalu hitam-putih saat kita berfoto bersama. Suatu saat nanti.
Rindu merah jambuku yang kedua.
Tiga bulan terasa sudah seperti beberapa tahun. Walaupun bukan jam tangan baru, tapi pergelangan tangan sudah tidak lagi tak bertuan. Kamu punya gelang baru. Kulit juga semakin menghitam. Siapa dan apa. Bertemu seseorang dan sering berjalan kaki keluar di siang hari berdua sajakah?
tita,
ketika ujung hidung digigit nyamuk
amang...plis banget, sini buruan!
BalasHapusbiar tita lebih fokus ngejait daripada mikirin lo.
ahahahahaa...
Ann! Selamat datang di rumah saya! Ahahaha :)
BalasHapus