Familiar dengan judul post saya?
Ya, itu adalah sebuah judul film. Pemainnya ciamik semua, diantaranya Jennifer Aniston dan Drew Barrymore. Membuat saya makin menyukai film ini.
Ceritanya berpangkal dari sebuah ide menarik: betapa sangat berseberangannya pikiran perempuan dan laki-laki.
Kelak kalau saya di surga, saya ingin tanya apa maksud Tuhan merancang dua jenis kelamin berbeda ini dengan pemikiran yang begitu berseberangan. Hal ini kerap menyulitkan perempuan. Menyulitkan saya, baru-baru ini.
Sebut saya kolot. Tapi saya memang tipe perempuan yang tidak pernah begitu percaya dengan pertemanan-baik antara perempuan dan laki-laki. Apalagi kalau si laki-laki itu entah ada angin apa tiba-tiba tanya keadaan saya sehat atau tidak. Tiba-tiba memuji saya cantik. Atau tiba-tiba memasang foto berdua dengan saya saja, padahal itu foto bersama teman-teman lain yang terpaksa dikorbankan dengan metode crop. Ya, saya se-GR itu.
Apalagi untuk laki-laki yang pernah saya jadikan sasaran perhatian saya, pusat dimana dunia saya berputar mengelilinginya. Atau simpelnya, laki-laki yang pernah saya sayang. Buat saya, ketika saya dan laki-laki itu sudah tidak bisa bersama sebagai pasangan, maka kami tidak akan pernah bisa menjadi dua manusia dalam hubungan yang lain, apalagi teman baik. Tidak ada dalam 'agama' saya, mantan pacar jadi teman baik atau mantan gebetan jadi teman baik. Bullshit. Hanya menambah daftar hal munafik yang mungkin saya lakukan.
Untuk itu, saya benci sekali dengan dia. Dia yang masih memperhatikan saya atas nama teman baik. Masih mengirim pesan dan menanyakan kabar atas nama teman baik. Tidakkah sadar kalau saya perempuan? Dan hukum yang berlaku dalam film He's Just Not That Into You akan berlaku juga bagi saya. Dimana semua hal biasa yang dilakukan itu akan menjadi hal luar biasa buat saya. Menjadi hal yang menumbuhkan harapan saya, kalau saya dalam kondisi masih punya perasaan.
Tidak sadarkah dia kalau sulit bagi saya untuk menerima fakta bahwa tidak akan lagi ada pesan dalam Blackberry Messenger saya dari dia sekedar hanya untuk menyapa selamat pagi? Tidak pahamkah dia berapa kalori yang sudah saya bakar demi melupakan semua? Berapa porsi makan yang harus saya tambah supaya otak saya berhenti berpikir dia? Tidakkah dia punya empati.
Once you said we're over, just hand on your heart and leave.
Dan jangan pernah kembali jika perasaan tidak pernah ada.
Saya harap dia nggak pernah lagi mimpi untuk menjadikan saya teman baiknya. Teman yang bisa ada dan membantu dia dalam berbagai kesulitan. Teman yang bisa diajak diskusi dan saling mengkritik. Tidak. Saya hanya ingin jadi lebih dari sekedar teman. Di luar itu, saya sama sekali tidak mau.
So, when you are not that into me, show it. Don't ever dare to give a little care. Do not ever.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar