Minggu, 18 November 2012

Selamat Ulang Tahun, Buya :)

Bulan ini, tepatnya pada 6 November 2012, suami saya berulangtahun yang ke-28.

Saya telah mengenalnya sejak usianya 20 tahun. Waktu saya masih SMA kelas 2.

Saat itu suami saya adalah mahasiswa baru berambut menuju gondrong dengan motor hijaunya yang pernah satu kali nyamper saya ke tempat les. Itulah awal-awal saya naksir berat sama dia. Mungkin he was being so cool since di sekolah belum ada cowok gondrong. Dan sejak awal, saya mengenalnya sebagai laki-laki keras kepala :)

Tahun-tahun selanjutnya, seiring bertambah pengalaman yang kami bagi, saya banyak menemukan dirinya baik dalam sosok yang menyenangkan, maupun bikin gemas saking kesalnya.

Seiring pula bertambah usianya, semakin banyak perubahan baik yang ia alami dan diterapkan di setiap hari esoknya.

Tapi, suami saya tidak pernah berubah soal menjadi lawan bicara yang menyenangkan dan menenangkan. Soal menjadi sosok yang bisa saya andalkan sesuai dengan kekurangan saya. Soal menjadi laki-laki dengan segala pasokan dukungan dan semangat untuk saya.

Bagi saya, Tuhan telah begitu baik dengan memberinya rezeki untuk hidup terus di tahun tahun selanjutnya, dan menjadikannya menghabiskan waktu bersama saya di tahun-tahun belakangan.

Bagi saya, dia adalah kaleidoskop hidup yang paling mampu menceritakan setiap jenjang kehidupan yang saya alami, lulus kuliah, skripsi, bekerja, menikah dan mengalami kehamilan. Bukan semata karena banyak waktu yang kami bagi, tapi karena kesediaan kedua telinganya untuk banyak mendengar saya, dan kedua matanya untuk banyak memperhatikan.

Saya mengharapkan hidup yang panjang dan berguna dianugerahkan Tuhan padanya. Begitu juga dengan kesehatan, kebahagiaan, kesabaran dan kemurah-hatian, agar senantiasa berada di dalam hatinya.

Saya mendoakan cintanya yang tidak pernah putus bagi ayah bundanya, keluarganya, saya dan anak-anak kami kelak.

Semoga ia tidak pernah lelah mendengarkan, memperhatikan dan berbagi apa saja dengan saya. Semoga saya pun mampu melakukan hal yang sama.

Saya ingin diberi waktu banyak untuk setiap satu kali dalam setahun, bangun di sisinya dan mengucapkan:
'selamat ulangtahun, buya'

love,
_tita

mensyukuri ulangtahun ke-28 Rahasuna Andry Permana

Senin, 27 Agustus 2012

Husbands to Know: Pregnancy

Apa yang paling dibutuhkan seorang wanita hamil?

Suami yang pengertian dan peduli.

That is all.

Maka, saya lebih pengin share ke laki-laki yang belum merasakan punya pasangan yang hamil :)
  • Hamil itu berarti kondisi tubuh yang "cuma-dia-dan-Tuhan-yang-tahu". Bener-bener kejutan di setiap harinya. Pagi ini istri bisa bilang "enak kalau makan pir, nggak mual", tapi jangan senang dulu, karena besoknya, ketika kamu sudah belikan sekilo pir, bisa jadi dia langsung mual begitu mencium baunya. Some women do not drama this but some others may :) Selain mual, lemas, sakit kepala, lesu dan gejala-gejala mirip kurang darah dan kurang duit lain juga kerap menghantui. Kondisi mental dan fisik mesti siap untuk segala kemungkinan, seperti tiba-tiba pengen pingsan di tengah-tengah perjalanan di atas kereta listrik (well, that was happening on me).
  • Hamil itu mual. Menurut cerita sesama perempuan yang (pernah) hamil, nggak semua mengalami mual. Namun, terlalu banyak yang mengalami mual ringan sampai sedang di awal kehamilan sampai dengan waktu yang tidak menentu. Ada beberapa dokter kandungan yang memberikan obat-obatan untuk mengurangi rasa mual, seperti vitamin B, namun banyak juga yang enggak mempan. Mual ini bisa dipicu oleh banyak sebab, mulai dari bau sampai sebab enggak jelas, seperti melihat gambar ikan (yeah, se-enggak ilmiah itu memang). Karena ke-enggak-jelasannya, maka perempuan hamil dan pasangannya harus siap setiap saat dengan peralatan tempur seperti, minyak angin, kantong plastik hitam, tisu kering, tisu basah, cemilan manis dan minuman. Muntah di metromini? Atau di atas jok suede Mercedes kesayangan? Mungkin banget.
  • Hamil itu butuh kenyamanan ekstra. Makanya, perempuan hamil seneng banget dimanja, seperti dipijat ringan atau dielus-elus sampai ketiduran. Ente pegel? Yah, kite lebih pegel, Bang. Jadi, jangan heran bagi yang pasangannya nggak pernah rewel, eh semenjak hamil, rewelnya minta ampun. Karena tubuh perempuan hamil itu luar biasa enggak jelas rasanya di hampir setiap bagian. Pinggang pegel, leher pegel, kaki pegel, pantat pegel. Bahkan tiduran pun kadang bukan solusi kenyamanan yang efektif. Kalau punya pasangan laki-laki yang pelit sentuhan, hiks, sedih deh.
  • Hamil berarti penampilan sedikit lebih enggak oke dibanding sebelumnya. Buat yang mengalami mual, sudah pasti muka jadi nggak segar. Malas dandan. Lebih suka pakaian longgar. Apalagi kalau, konon, anaknya laki-laki. Bisa hore deh penampilan si perempuan. Buat yang enggak mual dan berat badan nggak bertambah banyak, bukan berarti percaya diri tetap dalam level maksimal. Kenapa? Pengaruh perubahan hormon dan 'rebutan' nutrisi dengan si bayi sering menimbulkan gejala kulit kusam, kering sampai rambut rontok. Jadi, stop dulu kritik penampilan, apalagi melintirin kepala begitu ketemu Laura Basuki di mal :))
  • Hamil itu, ng, kekurangan gairah seksual. Yak! Jangan syok. Tapi begitulah. Jadi sabar aja kalau pasangan mulai gerah, pakai lingerie terus setiap tidur, tapi... nggak mau disentuh. Wkwkwkw.
  • Sebagai puncak dari semua dampak kehamilan di atas, pastinya berimbas ke emosi. Jadi gampang ngambek, marah, sampai nangis. Disinilah fungsinya pasangan untuk memberikan rasa aman, nyaman dan senang. Supaya bumil (ibu hamil) nggak merasa being alone atau sengsara sendirian karena hal-hal yang dialami di atas. Apalagi, mental bumil sangat berpengaruh ke kondisi bayi. Jadi, sebisa mungkin dijaga supaya jauh dari stres :)
Makanya, buat saya, setelah kurang lebih empat bulan merasakan hamil, yang penuh perjuangan bukan cuma saya, tapi juga pasangan. Saya sih, tau rasanya kayak gimana. Tapi pasangan saya yang nggak tahu apa-apa tapi disuruh pengertian, lumayan menguras pikiran juga. Apalagi, laki-laki yang memang sifatnya sangat logis, biasanya lebih memikirkan kesiapan materi untuk si bayi kelak. Pusing juga deh dia.

Yang hamil banyak bersyukur. Yang nemenin hamil banyak pengertian.

love,
_tita

Kenapa Enggak Dari Dulu?

Sebagai perempuan yang baru menikah kurang lebih empat bulan, tentu saya tidak punya banyak saran untuk kalian yang belum menikah, apalagi bagi kalian yang sudah menikah lebih lama daripada saya :)

Empat bulan pernikahan, yang saya dapatkan adalah pikiran "kenapa enggak dari dulu?". Well, bagi laki-laki mungkin pikiran yang timbul malahan "kenapa nggak entar aja nikahnya?". Wkwkw. That is one of some popular marriage joke yang beredar di kantor saya.

Kenapa "kenapa enggak dari dulu?"?

Saya pikir, dan saya rasa, saya beruntung. Beruntung karena mendapatkan pasangan yang bisa semengasyikkan ini sampai dengan bulan keempat pernikahan kami (dan semoga seterusnya), bahkan ketika saya harus merasakan beberapa perubahan fisik yang kurang nyaman terkait dengan kehamilan saya.

Ketika masih dalam status "pacar", saya masih merasakan betapa tidak tergantikannya posisi "teman". Pacar memang asyik, tapi teman itu surga dunia yang sungguh membuat saya nyaman setengah mati. Setelah menikah? Magically, nggak ada lagi hal yang cuma pengin dishare sama teman. That is happening on me. Saya merasa pasangan saya cukup. Cukup untuk berbagi semua topik cerita dan keluhan.Cukup untuk membuat saya nyaman seharian.

Kami saling nyela. Saling cerita. Saling berbagi soal pekerjaan. Saling komentar setiap menonton ILC. Bergotong royong melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang kecil-kecil. Bekerjasama menghadapi orangtua masing-masing, for our own fun. Dan berbagi peluk diantara dinginnya suhu kamar.

We live on our little life. Seperti bersepeda dengan sepeda tandem.

Kenapa enggak dari dulu?

At least, saya bersyukur karena saya tidak terlalu terlambat :)

Bagi saya, kalau memang sudah sebegitu sering kangennya, sebegitu sayangnya, sebegitu pengennya untuk terus-terusan bersama, why don't you guys get married?

Hidup bakal jadi milik kalian berdua, terserah mau ditata sekayak gimana juga. Nggak ada campur tangan sok tau orang lain :))



love,
_tita

Selasa, 22 Mei 2012

I Do

Why did I said 'I do'?

Kenapa saya 'mau' menikah?

Awalnya sih simpel, saya pengin punya anak.
Tapi, keinginan simpel itu mulai berubah ketika timbul pertanyaan: gimana kalau menikah sama orang yang nggak mampu kasih anak?

Oke, that is hurt. But possible.

Lalu saya pikir lagi. Sampai suatu hari di meja makan pada waktu makan malam, terjadi pembicaraan ini:

Papa : Tita udah pengin nikah?
Saya : Ng, belum. Kan belum ada calonnya.
Papa : Kalau Tita sudah pengin, Papa cariin.
Saya : Aahaha. Aku bisa cari sendiri Pap, terima kasih yaaa.

Itu kode. Sangat kode. Papa saya pengin saya menikah. Bukan soal cucu atau mantu, karena he already got one, ng, one mantu I mean. Tapi soal, cita-citanya. Cita-cita dia adalah memelihara saya sampai saya menikah. Standar? Well, tunggu sampai kalian punya anak perempuan.

Akhirnya sampai saya pada ujung pemikiran.

Setelah saya ingat-ingat, hampir semua hal saya lakukan untuk menyenangkan orang tua saya. Sekolah. Nilai bagus. Bekerja. Pekerjaan bagus. Malam mingguan. Nggak malam mingguan. Anter kondangan. Belajar setir. Nggak makai shabu-shabu. Berusaha nggak hamil diluar nikah. Dan seratus juta hal lain. I owe them everything I got. Money. Affections. Attentions. Loves.

Mau ditarok mana muka saya kalau saya nggak bisa berbalas budi?

Saya ingin menikah karena ingin menyenangkan orang tua saya.

Cuma itu? Ya nggak, dong. Well, itu adalah salah satu alasan that leads me to another good reasons. Really. Sekali kamu memutuskan melakukan satu hal berdasarkan hal yang sangat baik, then another good things will follow you. Anyhow.

What makes you want to say 'I do'?


Love,
_tita




Sabtu, 05 Mei 2012

Life Does Keeps Turning

Hari ini hari terakhir saya melajang.

Dan dalam blog yang telah terbengkalai berbulan-bulan ini, saya ingin menyempatkan membuat sebuah post di detik-detik terakhir masa lajang saya.

Bagi yang berjalan-jalan dalam blog ini dan melihat post demi post dari awal sampai akhir, semoga mereka turut bersenang bersama saya. Ya, pada akhirnya, saya move on atau saya lebih senang dengan frasa: memutuskan untuk move on.

Pesan saya singkat saja. Bahwa apa yang kita rasa dan kita lebihkan rasanya mengenai itu, adalah ciptaan dan kreasi kita sendiri. Bukan orang lain. Bahwa sebagai makhluk berakal sehat, kita memutuskan sendiri kebahagiaan kita. Kita yang membuat takdir kita sendiri: baik atau buruk.

Melihat kembali blog ini dari awal sampai akhir membuat saya mensyukuri banyak hal. Salah satunya mengenai kebaikan Tuhan mengirimkan saya sebuah cinta yang bertanggung jawab. Sebuah cinta yang ingin memiliki dengan cara yang menghormati norma-norma.

Tuhan menunjukkan jalan, karena saya bersedia ditunjukkan jalan.

Up next, saya akan banyak cerita soal dia:

Rahasuna Andry Permana.



sayang selalu,
_tita