Selasa, 22 Mei 2012

I Do

Why did I said 'I do'?

Kenapa saya 'mau' menikah?

Awalnya sih simpel, saya pengin punya anak.
Tapi, keinginan simpel itu mulai berubah ketika timbul pertanyaan: gimana kalau menikah sama orang yang nggak mampu kasih anak?

Oke, that is hurt. But possible.

Lalu saya pikir lagi. Sampai suatu hari di meja makan pada waktu makan malam, terjadi pembicaraan ini:

Papa : Tita udah pengin nikah?
Saya : Ng, belum. Kan belum ada calonnya.
Papa : Kalau Tita sudah pengin, Papa cariin.
Saya : Aahaha. Aku bisa cari sendiri Pap, terima kasih yaaa.

Itu kode. Sangat kode. Papa saya pengin saya menikah. Bukan soal cucu atau mantu, karena he already got one, ng, one mantu I mean. Tapi soal, cita-citanya. Cita-cita dia adalah memelihara saya sampai saya menikah. Standar? Well, tunggu sampai kalian punya anak perempuan.

Akhirnya sampai saya pada ujung pemikiran.

Setelah saya ingat-ingat, hampir semua hal saya lakukan untuk menyenangkan orang tua saya. Sekolah. Nilai bagus. Bekerja. Pekerjaan bagus. Malam mingguan. Nggak malam mingguan. Anter kondangan. Belajar setir. Nggak makai shabu-shabu. Berusaha nggak hamil diluar nikah. Dan seratus juta hal lain. I owe them everything I got. Money. Affections. Attentions. Loves.

Mau ditarok mana muka saya kalau saya nggak bisa berbalas budi?

Saya ingin menikah karena ingin menyenangkan orang tua saya.

Cuma itu? Ya nggak, dong. Well, itu adalah salah satu alasan that leads me to another good reasons. Really. Sekali kamu memutuskan melakukan satu hal berdasarkan hal yang sangat baik, then another good things will follow you. Anyhow.

What makes you want to say 'I do'?


Love,
_tita




Sabtu, 05 Mei 2012

Life Does Keeps Turning

Hari ini hari terakhir saya melajang.

Dan dalam blog yang telah terbengkalai berbulan-bulan ini, saya ingin menyempatkan membuat sebuah post di detik-detik terakhir masa lajang saya.

Bagi yang berjalan-jalan dalam blog ini dan melihat post demi post dari awal sampai akhir, semoga mereka turut bersenang bersama saya. Ya, pada akhirnya, saya move on atau saya lebih senang dengan frasa: memutuskan untuk move on.

Pesan saya singkat saja. Bahwa apa yang kita rasa dan kita lebihkan rasanya mengenai itu, adalah ciptaan dan kreasi kita sendiri. Bukan orang lain. Bahwa sebagai makhluk berakal sehat, kita memutuskan sendiri kebahagiaan kita. Kita yang membuat takdir kita sendiri: baik atau buruk.

Melihat kembali blog ini dari awal sampai akhir membuat saya mensyukuri banyak hal. Salah satunya mengenai kebaikan Tuhan mengirimkan saya sebuah cinta yang bertanggung jawab. Sebuah cinta yang ingin memiliki dengan cara yang menghormati norma-norma.

Tuhan menunjukkan jalan, karena saya bersedia ditunjukkan jalan.

Up next, saya akan banyak cerita soal dia:

Rahasuna Andry Permana.



sayang selalu,
_tita