Senin, 27 Agustus 2012

Husbands to Know: Pregnancy

Apa yang paling dibutuhkan seorang wanita hamil?

Suami yang pengertian dan peduli.

That is all.

Maka, saya lebih pengin share ke laki-laki yang belum merasakan punya pasangan yang hamil :)
  • Hamil itu berarti kondisi tubuh yang "cuma-dia-dan-Tuhan-yang-tahu". Bener-bener kejutan di setiap harinya. Pagi ini istri bisa bilang "enak kalau makan pir, nggak mual", tapi jangan senang dulu, karena besoknya, ketika kamu sudah belikan sekilo pir, bisa jadi dia langsung mual begitu mencium baunya. Some women do not drama this but some others may :) Selain mual, lemas, sakit kepala, lesu dan gejala-gejala mirip kurang darah dan kurang duit lain juga kerap menghantui. Kondisi mental dan fisik mesti siap untuk segala kemungkinan, seperti tiba-tiba pengen pingsan di tengah-tengah perjalanan di atas kereta listrik (well, that was happening on me).
  • Hamil itu mual. Menurut cerita sesama perempuan yang (pernah) hamil, nggak semua mengalami mual. Namun, terlalu banyak yang mengalami mual ringan sampai sedang di awal kehamilan sampai dengan waktu yang tidak menentu. Ada beberapa dokter kandungan yang memberikan obat-obatan untuk mengurangi rasa mual, seperti vitamin B, namun banyak juga yang enggak mempan. Mual ini bisa dipicu oleh banyak sebab, mulai dari bau sampai sebab enggak jelas, seperti melihat gambar ikan (yeah, se-enggak ilmiah itu memang). Karena ke-enggak-jelasannya, maka perempuan hamil dan pasangannya harus siap setiap saat dengan peralatan tempur seperti, minyak angin, kantong plastik hitam, tisu kering, tisu basah, cemilan manis dan minuman. Muntah di metromini? Atau di atas jok suede Mercedes kesayangan? Mungkin banget.
  • Hamil itu butuh kenyamanan ekstra. Makanya, perempuan hamil seneng banget dimanja, seperti dipijat ringan atau dielus-elus sampai ketiduran. Ente pegel? Yah, kite lebih pegel, Bang. Jadi, jangan heran bagi yang pasangannya nggak pernah rewel, eh semenjak hamil, rewelnya minta ampun. Karena tubuh perempuan hamil itu luar biasa enggak jelas rasanya di hampir setiap bagian. Pinggang pegel, leher pegel, kaki pegel, pantat pegel. Bahkan tiduran pun kadang bukan solusi kenyamanan yang efektif. Kalau punya pasangan laki-laki yang pelit sentuhan, hiks, sedih deh.
  • Hamil berarti penampilan sedikit lebih enggak oke dibanding sebelumnya. Buat yang mengalami mual, sudah pasti muka jadi nggak segar. Malas dandan. Lebih suka pakaian longgar. Apalagi kalau, konon, anaknya laki-laki. Bisa hore deh penampilan si perempuan. Buat yang enggak mual dan berat badan nggak bertambah banyak, bukan berarti percaya diri tetap dalam level maksimal. Kenapa? Pengaruh perubahan hormon dan 'rebutan' nutrisi dengan si bayi sering menimbulkan gejala kulit kusam, kering sampai rambut rontok. Jadi, stop dulu kritik penampilan, apalagi melintirin kepala begitu ketemu Laura Basuki di mal :))
  • Hamil itu, ng, kekurangan gairah seksual. Yak! Jangan syok. Tapi begitulah. Jadi sabar aja kalau pasangan mulai gerah, pakai lingerie terus setiap tidur, tapi... nggak mau disentuh. Wkwkwkw.
  • Sebagai puncak dari semua dampak kehamilan di atas, pastinya berimbas ke emosi. Jadi gampang ngambek, marah, sampai nangis. Disinilah fungsinya pasangan untuk memberikan rasa aman, nyaman dan senang. Supaya bumil (ibu hamil) nggak merasa being alone atau sengsara sendirian karena hal-hal yang dialami di atas. Apalagi, mental bumil sangat berpengaruh ke kondisi bayi. Jadi, sebisa mungkin dijaga supaya jauh dari stres :)
Makanya, buat saya, setelah kurang lebih empat bulan merasakan hamil, yang penuh perjuangan bukan cuma saya, tapi juga pasangan. Saya sih, tau rasanya kayak gimana. Tapi pasangan saya yang nggak tahu apa-apa tapi disuruh pengertian, lumayan menguras pikiran juga. Apalagi, laki-laki yang memang sifatnya sangat logis, biasanya lebih memikirkan kesiapan materi untuk si bayi kelak. Pusing juga deh dia.

Yang hamil banyak bersyukur. Yang nemenin hamil banyak pengertian.

love,
_tita

Kenapa Enggak Dari Dulu?

Sebagai perempuan yang baru menikah kurang lebih empat bulan, tentu saya tidak punya banyak saran untuk kalian yang belum menikah, apalagi bagi kalian yang sudah menikah lebih lama daripada saya :)

Empat bulan pernikahan, yang saya dapatkan adalah pikiran "kenapa enggak dari dulu?". Well, bagi laki-laki mungkin pikiran yang timbul malahan "kenapa nggak entar aja nikahnya?". Wkwkw. That is one of some popular marriage joke yang beredar di kantor saya.

Kenapa "kenapa enggak dari dulu?"?

Saya pikir, dan saya rasa, saya beruntung. Beruntung karena mendapatkan pasangan yang bisa semengasyikkan ini sampai dengan bulan keempat pernikahan kami (dan semoga seterusnya), bahkan ketika saya harus merasakan beberapa perubahan fisik yang kurang nyaman terkait dengan kehamilan saya.

Ketika masih dalam status "pacar", saya masih merasakan betapa tidak tergantikannya posisi "teman". Pacar memang asyik, tapi teman itu surga dunia yang sungguh membuat saya nyaman setengah mati. Setelah menikah? Magically, nggak ada lagi hal yang cuma pengin dishare sama teman. That is happening on me. Saya merasa pasangan saya cukup. Cukup untuk berbagi semua topik cerita dan keluhan.Cukup untuk membuat saya nyaman seharian.

Kami saling nyela. Saling cerita. Saling berbagi soal pekerjaan. Saling komentar setiap menonton ILC. Bergotong royong melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang kecil-kecil. Bekerjasama menghadapi orangtua masing-masing, for our own fun. Dan berbagi peluk diantara dinginnya suhu kamar.

We live on our little life. Seperti bersepeda dengan sepeda tandem.

Kenapa enggak dari dulu?

At least, saya bersyukur karena saya tidak terlalu terlambat :)

Bagi saya, kalau memang sudah sebegitu sering kangennya, sebegitu sayangnya, sebegitu pengennya untuk terus-terusan bersama, why don't you guys get married?

Hidup bakal jadi milik kalian berdua, terserah mau ditata sekayak gimana juga. Nggak ada campur tangan sok tau orang lain :))



love,
_tita