Jumat, 11 Maret 2011

Tsunami Thing

Puteri, let's be a bit smarter.

Masih familiar dengan terminologi 'tsunami'? Yap. Gelombang air laut super-tinggi yang pernah menghajar abis Nanggroe Aceh Darussalam. Beberapa jam lalu, dia juga datang menghampiri Jepang, tepatnya di wilayah Fukushima (http://detiknews.com/read/2011/03/11/142217/1589536/10/jepang-dilanda-tsunami-setinggi-4-meter?nd992203topnews).

Berdasarkan googling sedikit dan mampir di Wikipedia, saya dapat sedikit pencerahan nih, soal tsunami. Tenyata si tsunami ini terjadi karena pergeseran permukaan bumi di bawah laut. Pergeseran ini bisa disebabkan, salah satunya, oleh gempa bawah laut. Saya sebagai orang awam sempat berpikir tsunami hanya terjadi saat musim hujan, tapi ternyata salah! Tsunami bisa terjadi kapan saja, baik musim hujan maupun kemarau. Dan bahayanya, tsunami tetap dapat terjadi walaupun kamu tidak merasakan goncangan sama sekali.

Ada beberapa ciri kedatangan si tsunami ini, just in case, kalian sedang berada di pantai atau malah tinggal di wilayah pesisir. Berikut tanda-tandanya:

  • Getaran gempa. Tapi seperti disebutkan diatas, kadang kita bisa tidak merasakan getaran sama sekali.

  • Permukaan laut yang turun secara tiba-tiba atau istilah gampangnya, lautnya tiba-tiba surut banget.

  • Hembusan angin berbau air laut yang keras.

  • Warna laut menjadi lebih gelap dan terdengar suara gemuruh yang kencang.


Perlu diingat, tsunami adalah rangkaian gelombang. Jadi, jangan senang dulu ketika gelombang pertama sudah reda, karena biasanya akan disusul gelombang yang lebih tinggi (http://www.idepfoundation.org/download_files/pbbm/2.2_Tsunami.pdf). Ngerinya, kecepatan gelombang tsunami ini bisa mencapai 800 km/jam.

Sekarang ini, kita terbantu dengan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang sudah banyak diinstal di beberapa daerah berpotensi tsunami di Indonesia, seperti Padang. FYI, sistem ini di Padang sedang dishut down karena diperbaiki akibat jadi korban gempa beberapa tahun lalu (http://nasional.vivanews.com/news/read/208950-peringatan-dini-bencana-sumbar-dimatikan). Jika beroperasi dengan baik, dibantu dengan sosialisasi maksimal kepada penduduk di wilayah pesisir, jumlah korban sangat mungkin untuk diminimalisir. Gempa di Jepang barusan berkekuatan 8,9 SR dan merupakan terbesar ketujuh sepanjang sejarah namun dengan teknologi dan pemahaman masyarakat Jepang mengenai gempa dan tsunami, korban tewas berkisar pada angka 26 jiwa. Bandingkan dengan gempar 9,2 SR di NAD beberapa tahun lalu yang menewaskan sampai 127.000 jiwa (http://www.detiknews.com/read/2011/03/11/182055/1589909/10/tsunami-di-taiwan-hanya-10-cm?n991102605).

Knowledge helps, girls. Be smarter, then.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar