Jumat, 11 Maret 2011

(Undangan) Pernikahan Oh (Undangan) Pernikahan

Undangan sampai!Saya agak kurang berbakat dan berilmu soal politik, jadi saya nggak sanggup bahas soal the Age dan artikelnya 'Yudhoyono Abused Power' yang sedang hangat-hangat tahi ayam dibahas dimana-mana. Saya mau bahas mengenai hal yang lebih down to earth buat saya sebagai perempuan muda (cailah).

Pernikahan. Buat Puteri yang berusia di atas 22 tahun, sudah bekerja dan dalam kondisi single maupun ganda campuran, kata 'pernikahan' itu sama bikin berjengitnya seperti kata 'kuntilanak' atau 'Voldemort' (oke, saya ngaku saya fans berat Harry Potter). Hiyy. Bikin ngeri. Kenapa? Karena kita ngeri kita belum punya jawaban atas pertanyaan 'Kapan nikah?'. Kan nggak lucu kalau dijawab 'Only God knows when'. Seolah nggak punya rencana.

Tapi, yang mau saya bahas sekarang adalah bukan soal gimana-kalau-ditanya-kapan-nikah tapi soal gimana-kalau-diundang-ke-pernikahan-teman (apalagi yang lebih muda). Pernikahan teman, buat yang masih berstatus KTP 'belum kawin', sama complicatednya dengan pertanyaan kapan-nikah. Kenapa? Karena banyak faktor disana. Dua faktor terjelas adalah jelas-jelas kita diduluin dan kita bakal ketemu teman-teman lama (atau bahkan mantan) yang mana kalau kita nggak menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik itu rasanya hampir mirip dengan disetrap suruh berdiri satu kaki di depan kelas pas kelas dua SD. Malu.

Saya rasa saya bisa bantu kalian (saya optimis sih, soal ini). Ada beberapa hal yang perlu kalian perhatikan, ketika notifikasi Facebook berupa undangan pernikahan teman berkedip-kedip manis di layar Blackberry kamu. Saya sesuaikan dengan kondisi dan situasi. Here we go.

  • Situasi 1: Kamu punya pasangan dan akan menikah (hore!)


Jelas situasi ini adalah situasi paling menyenangkan. Kenapa? Because you almost have everything, girls! Yang perlu kalian lakukan adalah pilih baju yang manis dan sopan dan bawa si calon suami. Perhiasan baru? Sepatu baru? Gak perlu, sayang. Karena kamu tahu? Pasangan terbaik adalah perhiasan terbaik buat seorang wanita. Datanglah, dan jangan lupa 'pamerkan' rencana pernikahan dan minta doa restu. Enjoy!

PS: plis, jangan berantem di pernikahan orang.

  • Situasi 2: Kamu punya pasangan tapi nggak ada rencana menikah (atau nggak akan menikah?)


Oke. Ini sedikit apes. Sedikit tapi. Kamu harus sabar. Karena kamu pasti ditanya 'kapan nyusul?'. Itu biasa dan jangan kesal. Tips saya seperti diatas. Bedanya, saat di acara, tersenyum manislah ketika ditanya 'kapan nyusul?' dan jawab dengan jawaban 'sapujagad' 'doain aja, ya'. Voila. Masalah beres. Silahkan makan-makan.

PS: Jangan bertengkar soal nikah yaa, sepulang dari acara pernikahan :)

  • Situasi 3: Kamu nggak punya pasangan sama sekali


Kondisi ini memang bikin hati senep. Apalagi kalau usia sudah menyambut angka lanjut, saat teman-teman bukan hanya sudah punya pasangan, bahkan sudah punya dua buntut alias anak. Pertama-tama, tarik napas panjang dan kedua, beli majalah wanita edisi terbaru. Buat apa? Cari informasi dan ide pakaian, dong! Nggak perlu baju baru, yang penting nggak old school amat karena ingat, sayang, old school agak beda sama klasik. Hitam itu klasik tapi dress panjang lengan pendek bahan beludru warna merah marun? Itu old school. Jangan cuma siapkan pakaian, tapi juga aksesoris dan bagaimana menata rambut (atau kerudung).

Kenapa sih, saya berkesan mengedepankan penampilan? Seperti yang saya bilang di atas, kamu harus terlihat a step ahead. Lebih baik. Karena di dunia ini nggak ada yang lebih stunning dari seorang perempuan yang menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Dan kondisi 'lebih baik' ini bisa terlihat jelas lewat bagaimana kita berpenampilan.  Oke, kamu mungkin diduluin nikah oleh teman dan belum menemukan laki-laki yang tepat, tapi paling tidak, kamu jadi lebih baik dalam berpenampilan, terlihat segar dan bersemangat, dan saya jamin, mantan kecengan yang dulunya nyuekin berat, sangat mungkin bakal nyamperin kamu dan minta PIN Blackberry kamu. Ya, kan? Hey, jangan protes. Memang don't judge a book by its cover, tapi apa iya kamu bakal beli novel Dewi Lestari kalau depannya bergambar Nurdin Halid? Nggak, kan.

Selanjutnya, sapalah semua orang. Ini enaknya jadi single. Karena kamu 'halal' untuk menyapa siapapun tanpa khawatir ada yang cemburu. Tapi, tetap sopan ya. Jangan coba-coba flirting sama mantan yang sudah menggandeng pacar baru. Itu super-murahan. Selain menyapa, libatkan diri kamu dalam percakapan. Tidak perlu panjang, tapi cukup sopan untuk sekedar tanya kabar dan kondisi terkini si teman. Lumayan kan, kalau ada yang bawa sepupu ganteng dan bisa kenalan? Membuka jalan menuju jodoh yang masih disimpan Tuhan (halal, kan?).

Ingat, jangan bete dengan pertanyaan-pertanyaan soal pasangan. Jawab saja masih sendiri dan tambahkan bumbu joke seperti, 'cariin, dong!' atau 'lo aja belum, masa gue duluin' kalau si teman juga belum menikah. Yang ter-asik adalah sepulang pesta, kamu bisa kumpul-kumpul sama teman lama, itung-itung reuni kecil-kecilan.

Kamu juga sah kok, membawa siapa saja. Bisa papa, mama, adik, kakak, sepupu, atau teman perempuan yang lagi sama-sama single, itung-itung hiburan akhir pekan!

Oya, kalau suara kamu bagus, boleh kok sumbang lagu :)

Begitulah, Puteri, semoga memberi sedikit ketenangan hati dan pencerahan, ya. Hehehe. Ohya, besok Minggu saya ke pernikahan teman (untungnya lebih tua dari saya) dan saya di situasi 3 (hiks!). Nanti saya post, ya, laporannya!

PS: ini post pertama, lho. Praise Lord.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar