Jumat, 22 April 2011

Tegaslah, wahai Perempuan!

Perempuan Indonesia tampaknya ditakdirkan untuk plin-plan. Tidak tegas. Dan kalau dipikir, akibat dari ketidak-tegasan ini berbuntut sangat panjang. Berlebihannya, kekerasan dalam rumah tangga adalah salah satunya. Lho? Ya iya. Sekali dipukul, nangis, mengancam akan gugat cerai kalau dipukul sekali lagi. Tapi ketika benar-benar dipukul sekali lagi? Bah. Boro-boro gugat cerai, lapor ke orang tua pun belum tentu berani. Tidak tegas, kan? Plin-plan antara ikhlas dipukul atau nggak ikhlas dipukul. Kurang teguh pendirian.

Contohnya terlalu ekstrim, sih. Well, ada banyak contoh simpel bertebaran dimana-mana. Misal:

P : Apa sih mau kamu? Aneh! Nggak usah deket-deketin aku lagi! Aku pergi!
L : Oke! Pergi sana!

P : ... (melangkah pergi)

Beberapa hari kemudian...

(via SMS)

P : Kamu lg apa? Aku kangen.

L : (tersenyum senang (atau menang?))


[sumpah, bukan pengalaman pribadi Penulis]

Tahu nggak dampak ke-plin-plan-an diatas? Kita diremehkan! Laki-laki pasti mikir, 'alah nanti juga baik sendiri'. Tuh! Walaupun pada kenyataannya emang iya sih, tapi kita kan jadi kurang gereget. Ya nggak?

Itu contoh plin-plan dan sikap tidak tegas yang menyengsarakan diri sendiri. Gimana kalau sikap yang seperti itu menyengsarakan orang lain? Misal, perempuan-perempuan yang tidak bisa tegas menolak. Didekati laki-laki, manut wae. Sampai akhirnya bengong sendiri waktu ditembak. Terima nggak, ya? Lah. Piye toh? Tak pikir situ tresno, soalnya mau ditenteng sana-sini malam minggu pula. Ealah. Tinggal laki-lakinya lemes ketika mendengar jawaban 'tidak' si perempuan. Kasihan. Dan itu bisa jadi bumerang juga. Apalagi kalau si laki-laki mulutnya jelek. Bah. Rusak sudah nama baik.

Tapi mungkin inilah warisan. Sifat yang diwarisi. Coba deh lihat Dayang Sumbi dan Roro Jonggrang.

Sifat plin-plan dan tidak tegas Roro Jonggrang menyusahkan dirinya sendiri pada akhirnya. Iyalah. Siapa yang mau hidup berakhir jadi patung? Cukup Malin Kundang lah (eh itu jadi batu, ya?). Sedangkan ketidaktegasan Dayang Sumbi menyebabkan Sangkuriang sakit hati, bahkan konon sampai menghancurkan bendungan dan membanjiri kota. Banyak betul manusia yang harus ikut sengsara.

Marilah perempuan, kita think back. Jangan sampai jadi Roro Jonggrang selanjutnya atau ada Sangkuriang dan manusia kebanjiran lainnya, cuma gara-gara plin plan dan tidak tegas antara bilang 'iya' atau 'tidak'.

Mohon maaf untuk kedangkalan pikiran :)

Cium jauh,

prittakartika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar